Semarang Sisi Lain : Menelisik Masjid Kuno (Bagian Kedua)

Kota Semarang dengan semua ke unikan dan daya tarik tersendiri, menyimpan berbagai sudut-sudut pemandangan yang berbeda. Setelah menguak tentang sisi lain Kota Semarang bagian pertama, saatnya untuk menjelajah sudut kota yang lain yang tersembunyi dari banyak mata. Untuk yang sisi lain ini mengulas tentang masjid tua atau masjid lama yang berada di kota Semarang. Masjid tersebut dahulu merupakan cikal bakal berdirinya Semarang, termasuk salah satu tokoh yang terkenal adalah Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Tembayat (Bayat). Masjid Lama Kota Semarang berada dalam satu kawasan yang tidak saling berjauhan, berkumpul di sekitar kawasan Kota Lama Semarang yang merupakan pusat perekonomian Semarang tempo dulu. Beberapa masjid masaih kokoh berdiri dan digunakan oleh masyarakat sekitar. Masjid tersebut adalah Masjid Layur (Masjid Menara), Masjid Besar Kauman, dan Masjid Sekayu.

MASJID LAYUR (MASJID MENARA)

Masjid Layur merupakan salah satu masjid tertua yang berada di Kota Semarang. Masjid ini berada di Jl. Layur nomor 33, Kampung Melayu, Semarang. Kawasan ini merupakan tempat bermukim penduduk Melayu pada masa Hindia Belanda (sekitar 1743 Masehi). Posisi Masjid Layur menghadap ke arah Kali Mberok Semarang (pada masa itu, Kali Semarang digunakan sebagai sarana transportasi utama penduduk Semarang). Dinding masjid dihiasi ornamen bermotif geometric, dan berwarna-warni tetapi karena kompleks Masjid Menara ini dibatasi oleh tembok tinggi kurang lebih lima meter dengan demikian yang kelihatan dari luar hanya menara saja yang tinggi. Karena adanya menara yang tinggi di Masjid Layur ini maka menyebabkan masjid juga terkenal dengan Masjid Menara. Fungsi menara adalah tempat bilal atau muazin. Tetapi pada masa perang kemerdekaan 1945-1949 fungsi menara sempat berubah sebagai menara pengawas pantai.

Masjid yang didirikan pada tahun 1802 dan dibangun oleh sejumlah saudagar dari Yaman yang bermukim di ibu kota Jawa Tengah. Masjid Layur ini lebih dikenal dengan sebutan Masjid Menara Kampung Melayu. Atap Masjid Layur tidak menggunakan kubah sirap yang umumnya digunakan pada Masjid-Masjid zaman dulu, tetapi Masjid ini memiliki atap yang berbentuk tajuk bersusun tiga dan tertutup genteng. Meski sudah berusia ratusan tahun, Masjid ini masih kokoh dan terawat. Hanya terdapat sedikit perubahan yang dilakukan oleh pihak Yayasan Masjid (selaku pengelola masjid) seperti penggantian atap ijuk menjadi atap genteng, menaikan pondasi lantai, dan penambahan ruang pengelola. Ukurannya yang bisa di bilang kecil ini, memang membuat Masjid Layur nampak seperti mushola jaman sekarang, bahkan lebih kecil lagi.

Untuk menuju ke Masjid Layur, Petualang hanya berjalan menuju Jl. Iman Bonjol (bila dari Tugu Muda) atau ke arah Kali Mberok (Berok jl. Meyjend. Soeprapto) bila Petualang dari bundaran Bubaan kawasan kota lama Semarang. Karena letak Masjid Layur ada di sebelah Kali Mberok. Dari Jl Imam Bonjol sebelum masuk bundaran Pasar johar sekitar perempatan silakan belok kiri menuju jl Harun Tohir dan berputar setengah lingkaran lalu berbelok lagi ke arah kiri menuju jalan Layur, beberapa menit kemudian di kanan jalan nampak menara yang tinggi, itulah masjid Layur. Tidak banyak orang yang ke Masjid ini, karena kondisinya memang nampak tidak dipakai untuk wisata religi seperti Masjid Agung Jateng atau Masjid Agung Kauman.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

MASJID AGUNG KAUMAN

Meskipun Semarang sekarang telah memiliki Masjid Agung Jawa Tengah dan Masjid Baiturrahman yang lebih megah dan besar, keberadaan Masjid Kauman tetap dipertahankan. Menara Masjid Agung Kauman pun, masih tetap berdiri megah dan bermanfaat. Masjid Agung Kauman ini pernah terbakar pada hari jum’at tanggal 11 April 1883 jam sembilan malam. Kemudian pembangunan kembali masjid ini dimulai pada tanggal 23 April 1889 atas bantuan G.I.Blume, Asisten Residen Semarang dan Kanjeng Bupati Semarang Raden Tumenggung Ckrodipoero. Dan selesai pada tanggal 23 November 1890. Dari informasi sejarah Masjid ini didirikan oleh ulama besar Semarang berdarah Arab bernama Maulana Ibnu Abdul Salim alias Ki Ageng Pandanarang pada abad kw-16 ini berlokasi disekitar pasar Johar bersebelahan dengan kawasan kota Lama.

Masjid ini berdiri setelah pembangunan Masjid Agung Demak selesai dan digunakan untuk berdakwah di sekitar daerah pindrikan (sekarang menjadi Johar). Masjid Besar Kauman di buat sesuai dengan kode-kode arsitektur tata kota jaman dulu yang merupakan satu kesatuan sistem. Sistem itu sebut dengan Alun-Alun, dimana Alun-alun dibuat di tengah sementara di sampingnya terdapat pusat relegi (masjid), pusat perekononiman (pasar), Pusat Pemerintahan (Keraton) dan Pusat Keadilan (Penjara). Walaupun tidak harus sama dan ada, namun didapati setiap alun-alun kuno di Jawa pasti terdapat beberapa komplek tersebut. Di Masjid Agung Kauman juga terdapat alun-alun (sekarang bergeser menjadi pasar dan tempat parkir) dan pasar (pasar Johar). Alun-alun di gunakan untuk mempersatukan masyarakat ketika ada pengumuman atau menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk menghadap ke raja (pemerintah). Sementara Pasar menjadi tempat mencari nafkah dan bertukar kebutuhan.

Mencapai Masjid Besar Kauman tidaklah sulit, hanya perlu datang ka arah Pasar Johar yang sangat terkenal di Kota Semarang. Lebih tepatnya berada di jalan alun-alun Utara yang menuju jalan Kauman. Letaknya hanya 1 km dari Masjid Layur melewati bundaran Johar (Semarang Nol Kilometer). Jalan ini cukup padat dan sesak, karena banyaknya orang yang hendak beraktifitas di sekitar Pasar Johar. Di sekitar kawasan Kauman ini masih saja terjadi rob yang sangat mengganggu, apalagi ketika hujan lebat dapat dipastikan jalanan tergenang air. Masjid Besar Kauman sendiri masih sangat kental dengan aktivitas ke agamaan yang kuat, berbagai macam kegiatan keagamaan berlangsung di Masjid Kauman. Apalagi ketika bulan Ramadhan, lebih banyak dan padat dengan aktivitas religi.

………………….

MASJID TAQWA SEKAYU

Masjid Sekayu ini sekilas mirip Masjid Demak dengan empat soko tatal dan bentuk atap tumpang tiga,  juga mengunakan akulturasi arsitektur dari Hindu-Islam. Meskipun begitu keduanya punya sejarah yang berbeda. Masjid Sekayu ini dibangun dalam rangkaian proses pembangunan Masjid Agung Demak. Bahan baku pembangunan masjid yakni kayu, disuplai oleh Kiai Kamal asal Cirebon. Setelah datang di Semarang, beliau lalu mendatangkan kayu-kayu jati unggulan (jati wungu) dari daerah Surakarta, Wonogiri, dan Ungaran melalui perjalanan darat ke Sekayu (dulu disebut Pekayu). Dari Sekayu, kayu-kayu tersebut kemudian dikirim ke Demak melalui Kali Semarang. Kala itu di dekat masjid ini masih mengalir Kali Semarang.

Dalam buku Sedjarah Masdjid dan Amal Ibadah Dalamnja terbitan FA Toko Buku Adil Banjarmasin tahun 1955 memuat sebuah foto masjid kuno dengan menerakan keterangan di bawahnya: ”Mesdjid Pakajuan Semarang jang tertua di Djawa Tengah.” Yang didirikan pada tahun 1413 atau tujuh tahun lebih tua dari Masjid Demak, tidak ada yang tau pasti. Karena menurut sejarah yang lain, masjid Demak merupakan tertua di jawa tengah. Masjid yang terletak di kampung sekayu yang didirikan oleh Kiai Khamal ini ketika itu Kyai Jamal (ulama dari Cirebon) pada tahun 1413 dia melakukan lawatan kedaerah pesisir utara Jawa, dan setibanya di Semarang . Kiai Khamal singgah ke sebuah desa perdikan bernama Pekayuan (kp.Sekayu) dan berselang beberapa waktu dalam bantuannya mencarikan kayu untuk Masjid Demak, kemudian mendirikan sebuah langgar kecil yang diberi nama Masjid Pekayuan.

Masjid Sekayu ini banyak mengalami perubahan karena renovasi. Namun beberapa masih di pertahankan seperti 4 pilar di tengah masjid dan menara yang berada di luar. Masjid ini sedikit besar dari Masjid Menara Layur namun jauh lebih kecil dari Masjid Agung Kauman. Beberapa shaff sholat terlihat berganti arah lebih serong ke kanan. Apakah ini menyatakan bahwa Masjid Sekayu mengalami salah kiblat ketika di buat para ulama dan wali jaman dulu atau orang-orang sekarang merasa kalau tidak sholat dalam keadaan serong miring ke kanan maka tidak menuju kiblat? Allahu ‘alam.

Untuk menuju Masjid Sekayu bisa dibilang agak sulit, namun tidak seribet mencari masjid Menara. Petualang silakan mencari Jalan Pemuda Semarang menuju Mall Paragon. Nah, disebelah baratnya Mall Paragon, terdapat jalan kecil yang bernama jalan Sekayu. Silakan masuk dan sekitar 3 menit (200 meter) akan ditemukan masjid Sekayu yang sangat bagus. Masjid ini agak masuk ke dalam gang, yang berada di sebelah kanan. Untuk masuk ke masjid maka akan melewati jalan Masjid Sekayu dan nampaklah menara yang berdiri megah dan tinggi. Masjid ini memang tidak terlalu nampak jelas dari pinggir jalan, karena tertutup oleh banyaknya rumah dan pepohonan yang rindang.

Baca Juga :

  1. Semarang Sisi Lain (Bagian Pertama)
  2. Masjid Agung Jawa Tengah dari berbagai sisi.
  3. Masjid Agung Jawa Tengah (Info Guide)
  4. Kota Lama Semarang : Jelajah Malam Hari
  5. Museum Jawa Tengah Ranggawarsita.
  6. Pantai Maron Semarang.
  7. Masjid Agung Jawa Tengah Megah Di Malam Hari.
  8. Sejarah Semarang di Kali Mberok.

About Alif Kecil

Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti.

Posted on 26 Maret 2011, in Perjalanan and tagged , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink. 4 Komentar.

  1. Foto-fotonya bagus Mas. O iya, katanya masjid Taqwa Sekayu hampir di gusur untuk perluasan lahan parkir Paragon ya?

    • Yapp, kampung sekayu semarang sudah akan hilang dari kota semarang menjadi gedung megah milik paragon. Masyarakat kampung Sekayu sudah ada yang pindah, namun masih ada yang tetap bertahan. Semoga ada solusi yang baik untuk masalah ini.. 🙂

  2. assalamu’alaikum
    bang,dsana ada makam aulia allah ya….di share dong,…
    syukron..

  1. Ping-balik: Wedang Jahe Susu | Gastronesia

Tinggalkan komentar