Laksamana Muslim Cheng Ho

Cheng Ho, adalah seorang pelaut dan penjelajah Cina terkenal yang melakukan pelayaran jelajah samudra antara tahun 1405 hingga 1433.  Cheng Ho memang dari keluarga muslim. Ia anak dari Haji Ma Ha Zhi dan ibu dari marga Oen (Wen) di Desa He Tay, Kabupaten Kun Yang. Cheng Ho merupakan salah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan yang baik kepada Kaisar Cina Yongle yang berkuasa dari tahun 1403 hingga 1424 yang merupakan kaisar ketiga dari dinasti Ming.

Cheng Ho mempunyai nama asli Ma He, juga dikenal dengan sebutan Man Sanbao, yang berasal dari provinsi Yunnan. Cerita berawal ketika Yunnan dalam masa ekspansi kekaisaran Min, Cheng Ho muda ditangkap  dan kemudian di jadikan kasim. Cheng Ho seorang yang bersuku Hui, yang secara fisik hampir mirip dengan suku Han yang mempunyai agama islam.

Cheng Ho berlayar di Malaka pada abad ke-15, saat itu seorang putri cina bernama Hang Li Po (Han Lui) dikirim oleh kaisar cina untuk menikah dengan Raja Malaka yang bernama Sultan Mansur Shah. Pada tahun 1424 Kisar Yong le wafat, dan yang mengantikannya adalah kaisar hongxi yang berkuasa dari tahun 1424 hingga tahun 1425, memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di lingkungan kerajaan. Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada kekuasaan Kaisar Xuande yang berkuasa dari tahun 1426 hingga tahun 1436.

Cheng Ho melakukan ekspedisi ke barbagai tempat di Benua Asia dan Afrika antara lain Asia tenggara, Sumatera, Jawa, Srilangka, Hindia, Persia, Teluk Persia, Arab, laut Merah lalu menuju daerah utara sekitar Mesir, Afrika hingga selat Mozambik. Sejarah mencatat bahwa Laksamana Muslim Cheng Ho melakukan tujuh kali pelayaran yang sangat mengagumkan, bahkan melebihi pelayaran Columbus pada masa itu.

Armada yang digunakan berisikan sekitar 30 ribu orang dan tujuh kapal yang berlayar. Sebuah ekspedisi yang sangat menajubkan dari seorang muslim bernama Cheng Ho.  Dalam petualangan sebagai Laksamana Laut, Cheng Ho banyak mendapat penghargaan dari utusan yang di singgahinya sekitar 30 kerajaan di berbagai penjuru dunia. Majalah Life menempatkan Laksamana Muslim Cheng Ho sebagai nomor empat belas (14) orang penting dalam millenium terakhir, luar biasa. Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan.

Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika perjalanan menuju Samudra pasai, ia memberi sebuah lonceng raksasa Cakrado kepada sultan Aceh. Beberapa daerah yang disinggahi Cheng Ho seperti di Cirebon yang terdapat bukti peninggalannya seperti piring  yang bertulisakan ayat kursi.

Dalam berbagai cerita sejarah, seorang armada Cheng Ho sakit dan harus berhenti disuatu tempat tak lain adalah Simongan yang terletak di Kota Semarang. Dan sempat menetap di sana, sebagai bukti peninggalan di Simongan terdapat peninggalan Cheng Ho yang bernama  Klenteng Sam Po Kong. Banyak kalangan menyebutnya dengan Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.

Dalam semua ekpedisi pelayaran dunia, tak bisa melepaskan sebuah nama bernama Cheng Ho. Namanya bisa disandingkan dengan Bartolemeus Dias, Marco Polo, Vasco da Gama, Christopher Colombus,dan lainnya.  Nama-nama pelaut bangsa Eropa yang sudah tersohor. Namun para petualang laut itu masih sangat kecil bila dibandingkan dengan nama Laksamana Muslim Cheng Ho. Sejarah juga mencatat bahwa kapal laut Cheng Ho 7 kali lebih besar dari kapal yang digunakan Culombus, si penemu benua Amerika.

Laksamana Muslim  Cheng Ho benar-benar merupakan raja laut dalam arti yang sesunguhnya. Sementara para pelaut dari Eropa boleh disebut sebagai penjelajah semata. Perbandingan itu bisa dilihat dalam jumlah awak kapal yang mereka bawa. Bartolemeus Dias, orang pertama yang melintasi ujung selatan Afrika (Tanjung Harapan) hanya menggunakan tiga kapal jenis Caravel yang berisi 170 orang.

Sementara perjalanan Christopher Colombus yang memulai pelayaran 3 Agustus 1492 juga menggunakan tiga kapal buatan bangsa Spanyol. Pertama, kapal Santa Maria, kapal terbesar yang dinahkodai Colombus sendiri. Dua kapal lainnya adalah Nina dan Pinta yang lebih kecil. Jumlah awak kapal tiga bahtera itu hanya 104 orang.

Coba lihat armada Laksamana Muslim Cheng Ho. Jumlah armadanya mencapai 357 kapal dengan 30 ribu awak kapal. Bukan itu saja, ada 62 kapal Cina berukuran besar yang disebut Jung, panjangnya mencapai 132 meter dengan lebar 54 meter. Itu jelas lebih besar dibandingkan kapal-kapal bangsa Eropa yang berukuran separuh atau bahkan seperlima lebih kecil dibandingkan jung Cina. Amazing!

Sejarah juga mencatat yang disampaikan oleh Gavin Menzies, pensiunan Komandan Kapal Selam Angkatan Laut Inggris. Menzies menjelaskan bahwa Cheng Ho yang pertama kali menemukan Benua Amerika, bukan Colombus.  Menzies menegaskan, Colombus justru berlayar dengan bekal peta lama buatan Cina. “Ketika para awak kapalnya gelisah, Colombus hanya meyakinkan, terus saja ke barat, nanti pasti akan sampai.”
Peta itu diyakini sebagai peta yang dibuat berlayar para pelaut Cina. Apalagi peneliti lain, Cedric Bell, menemukan reruntuhan kota kuno di Cape Breton, Nova Scotia, pantai timur Kanada. Kawasan itu ternyata memiliki tembok keliling dengan arsitektur Cina. Temuannya itu kemudian disebut Nova Cataia atau New Cathay.

Menurut sejarawan Slamet Muljana dalam bukunya “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara” (Jakarta: 1968), dalam misi pelayarannya itu Cheng Ho pernah singgah di Indonesia seperti di Samodra Pasai (Aceh), Palembang, Cilincing (Jakarta), Gunung Talang (Cirebon), Gedung Batu (Semarang), dan Surabaya. Pengamat sejarah Cina dan juga penulis cerita silat Cina, Gan Kok Hwie dari Semarang menjelaskan, Cheng Ho dalam misinya juga mengajarkan penduduk setempat soal bertani, membuat rumah, sampai dengan pertukaran budaya.

Sisa-sisa pengaruh peradaban Cina yang dibawa Cheng Ho yang muslim itu bisa dilihat dari gaya arstitektur masjid dan menara masjid di Jawa. Atap-atap pelana kuda mirip kelenteng, dan menara masjid mirip pagoda; merupakan pengaruh Cina. Bukan itu saja, bedug yang digantungkan di masjid-masjid di Jawa – kemudian juga di Indonesia – merupakan perkusi khas Cina.

Dari berbagai sumber..

  1. Cheng Ho bukan muslim…

    Dia adalah Taoisme sejati…

  2. Cari referensi yang akurat. Kalau Cheng Ho berasal dari suku Hui, apalagi kalau letak geografi di barat daya Cina, bisa dipastikan beliau memang Islam. Karena jaman keemasan Islam, Islam menyebar sampai ke China bagian selatan-barat daya juga

Tinggalkan komentar