From Dieng Plateau with Love : Season 2 (Budaya dan Candi Dataran Tinggi Dieng)

Dataran Tinggi Dieng, dengan semua ragam budaya dan keadaan alam yang sangat indah mengugah semua Petualang untuk menjadikan tempat ini menjadi salah satu jejak yang harus di torehkan di antara semua tempat yang menarik. Setelah sedikit mengulas tentang Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) tentang alam, sejenak untuk lebih menjelajah tentang budaya dan berbagai macam penginggalan sejarah yang sangat memukau dan luar biasa untuk disaksikan. Tidak ada salahnya sebentar untuk menenggok tentang Dataran Tinggi Dieng. Dieng adalah dataran tinggi di Jawa Tengah, yang merupakan wilayah Kabupaten Banjarnegara dan sebagian masuk di Kabupaten Wonosobo. Letaknya hanya beberapa kilometer ke arah barat dari kompleks gunung kembar Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Nama Dieng sendiri berasal dari Bahasa Kawi (jawa kuno) : “di” yang bermakna “tempat” atau “gunung” dan “Hyang” yang bermakna Dewa. Maka Dieng bisa berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam.

Dataran Tinggi Dieng selain alam yang indah, beberapa tempat menarik yang berkait dengan budaya dan candi bisa didapatkan di Dieng. Tempat tersebut berkumpul dalam satu komplek disekitar Kejajar. Sebelum mengulas tentang candi ada beberapa tempat tentang alam yang sangat bagus untuk dikunjungi, simak dulu.

Goa Jaran dan Goa Sumur, Goa Jaran dan Goa Sumur merupakan obyek yang terdapat disekitar kawasan Telaga warna. Goa jaran bentuknya sangat sempit sehingga tidak cukup muat ketika 2 orang berpapasan ketika dalam goa. Goa ini cenderung terbuka di bandingkan dengan goa-goa yang lain seperti goa semar dan gua sumur. Bisa jadi goa ini mempunyai ujung yang berada di sebelah belakangnya. Memang beberapa orang mencoba untuk masuk, dilihat dari beberapa jejak kaki yang terdapat di mulut gua hingga agak masuk ke dalam goa. Walaupun aktivitas tersebut tidak terlalu di anjurkan karena ketidaktauan medan goa. Sementara Goa sumur juga tertutup untuk umum, pintu goa yang di kunci rapat sedemikan rupa sehingga Petualang hanya bisa melihat dari mulut gua. Namun itu tidak menjadi masalah karena memang kondisi Goa yang sangat gelap dan sempit untuk menjelajah masuk. Toh keindahan alam telaga warna dan Telaga Pengilon bisa menjadi pengobat yang sangat manjur.

Kawah Candradimuka. Kawah ini letaknya agak jauh dari Kejajar dan komplek candi. Candradimuka merupakan nama kawah dari cerita pewayangan mahabharata dalam kisah Gatotkaca Lahir. Dimana dalam cerita tersebut, kawah candradimuka letaknya di atas gunung dan sangat panas, yang digunakan untuk tempat pengemblengan (drill) Gatotkaca muda. Hampir sama seperti cerita tersebut maka Kawah Candradimuka juga berada di tempat tinggi dan sangat panas karena mengeluarkan asap belerang dari kawahnya. Kawah Candradimuka berbentuk memanjang  dan mengikuti aliran sungai. Kawah ini berasal dari sesar yang mengeluarkan uap panas, air panas, belerang dan lumpur. Aktivitas pemanasan berasal dari hidrotermal sisa gunung Jimat yang diperkirakan tidak aktif lagi ketika jaman kuarter tengah. Kawah ini sangat mirip dengan kawah yang berada di Candi Gedong Songo Ungaran.

Hampir sama dengan kawah Sikidang, yang mengeluarkan asap pada bebatuan sekitarnya dan memunculkan air panas yang berbau belerang. Kawah Candradimuka juga menunjukan aktivitas yang sama. Untuk mencapai Kawah Candradimuka tidak di anjurkan untuk memakai mobil (daily car). Kondisi ketika terakhir penulis kesana (2011) jalannya memang sangat tidak layak untuk dilewati kecuali kendaraan bermotor roda 2 dan sejenis jeep, itupun kendaraannya harus benar-benar dalam kondisi yang fit dan prima. Petualangpun harus ekstra hati-hati dan sabar ketika hendak menuju kesana. Jalannya merupakan jalanan berbatu yang sangat keras dan kasar. Tikungan yang tajam dan menanjak juga merupakan hambatan yang menarik untuk  diperhatikan. Beberapa truk pengangkut pupuk juga lalu lalang menghantarkan dari bawah ke atas gunung, memang jalanan ini sangat layak untuk sejenis kendaraan seperti truk.

Sumur Jalatunda. Hanya beberapa menit dari komplek utama dan Kejajar, petualang bisa menemukan sumur berwarna hijau lumut dan besar. Cukup mudah untuk menuju ke Sumur Jalatunda, jalanan yang layak dan mulus untuk dilewati semua pengendara. Untuk tiket masukpun murah hanya sekitar Rp. 3.000,- dan ditambah biaya parkir. Hanya melangkah melewati tangga beberapa meter Petualang bisa mendapati sebuah sumur yang sangat eksotis. Diperkirakan sumur ini juga merupakan sebuah cekungan kawah air panas hanya saja sudah mengalami masa aktif sehingga hanya tersisa genangan air yang tidak panas. Karena bentuknya memang mirip sumur makan Petualang tidak bisa masuk mendekati sumur dan hanya bisa menikmati keindahan sumur dari atas bibir sumur saja. Tidak masalah bukan, pemandangan disekitarnya juga apik untuk dilihat.

Walaupun menjadi tempat andalan Dataran Tinggi Dieng, Sumur Jalatunda tidak terlalu ramai seperti di Dieng 1. Bisa jadi karena letaknya yang relatif sangat jauh dari Kejajar dibandingkan tempat yang lainnya. Di sumur Jalatunda memang tidak seperti tempat yang lain bebas melihat dari berbagai sisi. Sementara di sumur Jalatunda sendiri hanya disediakan ruangan sekitar 10 meter sebagai tempat untuk melihat keadaan sumur Jalatunda tersebut.

Candi-Candi Di Dataran Tinggi Dieng. Candi merupakan tempat untuk melakukan persembahan dan berdoa kepada dewa kala itu. Beberapa prasasti yang ditemukan menunjukan bahwa masyarakat ketika itu merupakan penganut Siwa. Salah satunya adalah prasasti Widihati yang ditemukan di Gunung Pangonan. Prasasti ini menorehkan beberapa coretan kecil bahwa tanah di Dieng merupakan Sima (tanah merdeka), maksudnya adalah hasil bumi diperuntukkan untuk Siwa. Dilihat dari bentuknya hampir semua candi di Dataran Tinggi Dieng merupakan candi Hindu. Hal itu bisa dilihat dari bentuknya yang mengkerucut kecil ke atas dan beberapa ornamen yang berada di dalamnya. Berbeda dengan kabanyakan bentuk candi-candi Budha yang tersebar di Jawa, dimana bentuk candi Budha lebih cenderung datar dan melebar walaupun mengkerucut ke atas seperti candi Borobudur di Magelang dan Candi Sari di Jogjakarta.

Ciri khas bentuk kebudayaan candi hindu adalah ornamen yang menghiasi bangunan candi tersebut seperti pipi tangga yang berada di kanan dan kiri anak tangga. Makara, adalah hiasan yang berada di sebelah kanan dan kiri bawah letaknya berada di pintu masuk. Kala, merupakan ornamen yang berada persis di atas pintu candi biasanya bentuknya wajah raksasa. Yoni dan Lingga, Yoni merupakan pengambaran dari aspek feminim atau wanita sementara Lingga merupakan simbol dari maskulin lelaki dimana keduanya merupakan pengambaran atas kesuburan dan simbol penciptaan, yoni dan Lingga tersebut bermakna bahwa di tanah tersebut berharap untuk selalu mendapat kesuburan. Biasanya Yoni dan Lingga ditempatkan dalam satu tempat berada di dalam tengah candi sementara di antara keduanya terdapat aliran air di bawahnya yang disebut dengan sumuran. Selain itu ciri yang lain adanya menara sudut yang berada di atas pojok 4 bagian dari badan candi bersebelahan dengan relung atap candi (atasnya kala). Juga kemuncak yang merupakan ujung paling atas sebuah candi.

Candi Bima. Bentuknya sangat besar dan tinggi, candi ini berbeda bentuknya dengan candi-candi di Dataran Tinggi Dieng yang lainnya yang mengkerucut kecil ke atas. Sementara candi Bima lebih datar di bagian atas. Candi Bima merupakan candi yang sangat tua, diperkirakan dibangun sekitar abad ke 7 sampai 8. Dilihat dari bentuknya candi Bima sangat dipengaruhi oleh kebudayaan India. Bentuk candi Bima hampir mirip dengan candi Bubhaneswar yang berada di India. Bentuknya yang lebih cenderung kotak diyakini merupakan hasil perkembangan dari kuil dengan bentuk shikara (menara bertingkat).

Candi Bima letaknya sangat dekat dengan Kejajar. Petualang akan menemukan candi ini ketika hendak menuju ke kawah Sikidang persis di pertigaan antara komplek candi Arjuna dan Kawah Sikidang. Candi Bima ini hanya berdiri sendiri berjauhan dengan candi-candi yang lain yang berada di Dataran Tinggi Dieng. Walaupun begitu candi Bima sangat eksotis dan menarik, bentuk dan arsitektur yang sangat mengah merupakan nilai tersendiri dari sebuah bangunan sejarah. Pintu candi bima yang berbeda dengan candi yang lain juga menjadi keunikan tersendiri. Beberapa Petualang lebih banyak melewatkan situs candi Bima ini, sehingga terkesan menjadi situs candi yang tidak terlalu fenomenal.

Candi Gatotkaca. Hampir sama dengan ayahnya, candi Bima. Candi Gatotkaca juga memiliki ciri yang sangat unik dan berbeda dengan candi yang lain. Hal itu nampak berbeda dilihat dari ciri-ciri candi Hindu kebanyakan yang mengkerucut (kemuncak) ke atas. Dilihat dari bantuknya candi Gatotkaca besar dan kotak seperti situs Bima namun lebih kecil dan ramping. Candi ini mudah ditemukan karena letaknya persis di pinggir jalan berseberangan dengan Museum Kaliasa yang berada di depannya. Letaknya juga berada di pintu masuk candi komplek candi Arjuna. Sama dengan kondisi ayahnya, candi Gatotkaca juga bukan merupakan tempat pilihan utama dari Dataran Tinggi Dieng. Walaupun begitu, candi Gatotkaca sangat indah untuk dilewatkan begitu saja oleh para Petualang.

Candi Setiyaki. Candi ini hanya beberapa meter dari candi Gatotkaca dan Komplek candi Arjuna. Apabila petualang hendak menuju komplek candi Arjuna,disarankan untuk mampir melihat eloknya candi Setiyaki. Bentuknya lebih persegi dan kecil dibandingkan dengan candi Gatotkaca. Beberapa bangunan candi ini nampaknya telah tidak berada di tempatnya, entah belum di temukan atau di bawa ke museum. Candi Setiyaki merupakan perpaduan yang khas, bentuknya kotak namun cenderung mengkerucut ke atas. Mirip dengan situs candi Gebang yang berada di Jogjakarta. Untuk menuju candi Setiyaki memang harus melangkah dan berjalan kaki lebih jauh. Bukan jadi masalah, terik matahari yang silau terkalahkan dengan sejuknya alam dan udara Dieng.

Candi Arjuna. Komplek candi Arjuna berada persis di tengah Kejajar bersebelahan dengan Candi Gatotkaca, Museum Kaliasa, Candi Setiyaki dan Desa Kejajar. Candi ini berjumlah 5 buah dengan arsitektur yang sangat indah. Bentuk candi arjuna sangat umum di temui pada ciri khas kebudayaan candi Hindu di Jawa. Jumlanya yang banyak menjadikan candi Arjuna sangat menarik untuk di kujungi. Persamaan jumlah dan bentuk candi arjuna bisa di temukan di situs Candi Gedong Songo Ungaran tepatnya berada di candi ke-3 dan candi Ijo yang berada di Jogjakarta. Dimana di Candi 3 Gedong Songo nampak 2 buah candi Utama didepanya terdapat tempat pemujaan yang lain yang berbentuk balok persegi panjang. Sementara Candi Ijo juga nampak sama dengan 1 buah candi utama yang besar di depannya terdapat 3 candi kecil yang berbentuk kotak namun lebih mengkerucut ke atas.

Candi Arjuna merupakan tempat utama perjalanan ke Dataran Tinggi Dieng, istilanya candi arjuna menjadi persingahan yang utama dibandingkan dengan tempat yang lain. Candi ini berada di lingkaran Dieng 1. Dikelilingi oleh danau dan persawahan kentang menambah daya tarik tersendiri. Tempatnya sangat bersih dan nyaman untuk di kunjungi.

Dieng Plateau Theater (DPT). Merupakan pengambaran sederhana tentang Dataran Tinggi Dieng. Didalamnya Petualang bisa melihat film dokumenter tentang sejarah terbentuknya Dataran Tinggi Dieng dan Kebudayaannya. Masuk ke DPT, petualang akan lebih memahami tentang Dataran Tinggi Dieng secara umum. Untuk masuk ke DPT petualang hanya menunjukan Tiket Terusan yang di beli ketika akan masuk ke komple Dieng 1 seharga Rp. 12.000,-. Namun apabila Petualang lupa untuk membeli tiket terusan, bisa juga membeli tiket di DPT seharga Rp. 5.000,-. Masih banyak tempat menarik yang berada di Dataran Tinggi Dieng yang terlewatkan. Petualang bisa menjelajah dan eksplore suka-suka disekitar Dieng Plateau. Apabila Petualang masih kebingungan dengan Dieng silakan download peta sederhana yang bisa langsung di cetak KLIK DISINI.

Baca juga :

  1. From Dieng Plateau With Love Season 1 : Alam Dataran Tinggi Dieng
  2. From Dieng Plateau With Love Season 3 : Masyarakat Dieng
  3. Masjid Agung Jawa Tengah : Dari Berbagai Sisi. 
  4. Kebun Binatang Gembira Loka : Petualangan Unik dan Menarik
  5. Candi Sambisari : Ribuan Tahun berselimut Vulkanik Merapi.
  6. Candi Plaosan :Kemegahan candi kembar
  7. Istana Ratu Boko : Candi Megah Di Atas Bukit
  8. Kota Lama Semarang : Jelajah Kampung Eropa Malam Hari 

Candi Arjuna Komplek dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah.

…………………………………..

  1. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk puasa beras yakni bisa dimulai seminggu sekali untuk tidak makan nasi tapi diganti dengan karbohidrat lain selain beras dan terigu tentunya.

  2. mantab buat dieng nya
    salam kenal 😀

  3. sri rayis dwiyanto

    TUNGGU KEDATANGANKU DI DEENG

Tinggalkan komentar